Indopride Media Inc – Sebuah insiden mengejutkan terjadi di Pulau Cayo Perico kemarin, di mana rombongan instansi yang awalnya dijadwalkan untuk melakukan kunjungan wisata dan penyerahan cinderamata ke Kastil pada tanggal 22 Maret 2025, justru berubah menjadi aksi penyerangan yang dipenuhi ketegangan.

Kejadian bermula ketika pada pukul 21:00 - 22:00 rombongan dari sekelompok orang berpakaian hitam menjemput beberapa perwakilan instansi kota ke area Cargo yang merupakan titik kumpul dari perjalanan Karya Wisata yang dijadwalkan. Tidak ada indikasi awal mengenai adanya ancaman atau potensi konflik saat proses ini berlangsung. Pukul 22:00 - 22:30, terjadi pengancaman yang dilakukan oleh sekelompok orang berpakaian hitam. Setibanya di Pulau, pukul 23:00 - 23:40, rombongan mengikuti tur keliling Kastil. Namun, pada pukul 23:40 - 00:05, terjadi pertikaian antara kedua belah pihak yang dipicu oleh ketegangan sebelumnya. Konflik ini bereskalasi dengan cepat, menyebabkan ketidakstabilan situasi.

Pada hari Minggu (23/03/2025), tim kami berhasil mewawancarai Mr. J yang merupakan salah satu orang yang bertanggung jawab dalam kejadian ini. Menurutnya, aksi yang terjadi merupakan bentuk respons atas keresahan yang telah lama dirasakan oleh para instansi terhadap warga Pulau. Saat ditanya mengenai keterlibatan kelompok berpakaian hitam yang muncul dalam insiden ini, Mr. J menegaskan bahwa mereka hanya berperan sebagai fasilitator bagi para instansi. Ketika ditanya bagaimana tanggapan atas resiko dari peristiwa ini, Mr. J menyatakan bahwa pihaknya sudah menyadari potensi bahaya. Namun, mengenai kemungkinan adanya reaksi balasan dari pihak Pulau, Mr. J mengaku pihaknya masih mengumpulkan informasi. Jika nantinya warga pulau berusaha membalas dengan aksi serupa, Mr. J memperingatkan bahwa konflik akan semakin meningkat.

Perwakilan Pulau Cayo Perico yaitu Tuan Putri RR Natata Mangkuayu pada tanggal Selasa (25/03/2025), menerangkan bahwa Pulau Cayo Perico dengan senang hati menerima kedatangan rombongan tersebut. Ia menilai kunjungan ini sebagai langkah positif dalam menjalin hubungan baik dengan pihak luar serta memperkenalkan budaya dan tradisi Pulau kepada dunia luar. Namun, kunjungan ini ternyata tidak berjalan sesuai harapan. Tuan Putri awalnya tidak mengetahui bahwa sejumlah instansi yang ikut dalam karyawisata tersebut ternyata mengalami penyanderaan atau pemaksaan oleh kelompok berbaju hitam. Kejadian ini mengejutkan banyak pihak dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan penduduk Pulau. Meskipun demikian, suku-suku yang menjaga kastil dengan sigap memberikan pertolongan dan berupaya mengamankan situasi. Tuan Putri menegaskan bahwa kejadian ini tidak akan menciptakan stigma buruk terhadap pihak luar. Menanggapi kemungkinan adanya balas dendam akibat insiden ini, Tuan Putri dengan tegas menyatakan bahwa jika ada pihak yang ingin menyelesaikan permasalahan, sebaiknya dilakukan dengan bijak tanpa melibatkan warga sipil. Sebagai bentuk tanggung jawab, pihak Pulau siap melakukan mediasi dengan pihak yang merasa dirugikan atas insiden ini.

Insiden ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak dalam menjaga keamanan dan keharmonisan dalam hubungan antarwilayah. Diharapkan, kejadian serupa tidak akan terulang di masa depan, dan komunikasi serta kerja sama dapat semakin ditingkatkan demi kepentingan bersama.

(Red/Don Bosco Heisenberg)

Journalist: Arda Mahesa, Don Bosco Heisenberg, Enzy Q Vortexio, Lilly A Prakasa, Sophia H Guerrera

Thumbnail: Andra

Editor: Andra