I K L A N

Tragedi Lautan Berdarah di Balai Kota: Kerusuhan Merajalela Pasca Demonstrasi, Menjatuhkan Sejumlah Korban dari Warga dan Kepolisian

24 Oct 2023
KEJADIAN
KRIMINAL

Indopride News - Hari Jumat (20/10/23) dan Sabtu malam (21/10/23) kemarin merupakan hari yang berbeda dengan hari biasanya. Balai Kota dipenuhi oleh para demonstran yang menuntut beberapa hal terutama untuk Walikota Prio Kuncoro agar diturunkan dari jabatannya, beserta personil Kepolisian yang menjaga keamanan dengan ketat. Peristiwa tersebut berakhir dengan jatuhnya puluhan korban luka-luka baik dari warga yang melakukan demo dan kebetulan sedang berada di sana, serta dari Kepolisian itu sendiri.

Hari pertama yaitu pada hari Jumat, para demonstran dengan tertib berorasi di depan kantor Balai Kota dan diberikan kesempatan oleh pihak Pemerintahan untuk bermediasi dengan mereka di dalam gedung Balai Kota. Tiga perwakilan dari demonstran tersebut pun masuk dan bertemu dengan Wakil Walikota yaitu Upik Permana.

Mediasi keduanya berjalan dengan baik di dalam gedung Balai Kota walaupun ada beberapa oknum diluar gedung yang menggunakan senjata tajam untuk melukai anggota Kepolisian, sampai Kepolisian pun membela diri. Demo pada hari Jum’at pun berakhir tanpa membuahkan kesepakatan, lantas para demonstran pun berinisiatif untuk membawa massa yang lebih banyak selama Walikota Prio belum diturunkan dari jabatannya dan menerjunkan tuntutan yang lebih keras di kemudian hari.

Hari kedua pada Sabtu malam, terjadi kembali aksi demonstrasi di depan Balai Kota, namun kali ini para demonstran membawa beberapa unit bus dan berorasi di atasnya. Tuntutan para pendemo tetap sama, yaitu turunkan Walikota Prio sesegera mungkin. Para buruh juga menuntut Pemerintah untuk menaikkan harga bahan baku, menaikkan gaji buruh disnaker, dll. Tuntutan tersebut menurut para demonstran adalah karena faktor ekonomi yang sulit serta harga pangan yang turun.

Kemudian, demonstrasi di hari kedua ini menyalut suasana kekacauan yang cukup mencekam. Para pendemo memaksa masuk ke dalam gedung balaikota meskipun dijaga ketat oleh Kepolisian, dimana salah satu oknum dengan sengaja menusuk petugas Kepolisian, sehingga Kepolisian berusaha membubarkan massa dengan menggunakan water cannon. Pembubaran secara paksa ini kemudian menimbulkan kericuhan diantara Warga dan Kepolisian, dan mulai menjatuhkan korban. Gempuran tersebut mengakibatkan beberapa warga mulai membubarkan diri dan sebagian dari warga yang tidak terima, lalu terjadi beberapa kali kecelakaan dari mobil water cannon yang menabrak warga, berlanjut hingga ada bersitegang fisik dari kedua belah pihak.

 

Penjagaan ketat Kepolisian saat berlangsung perseteruan fisik antara warga dan Kepolisian di Balai Kota, Indopride, Sabtu 21 Oktober. [Indopride News/Jennie]

Namun saksi yang berada di TKP memberikan keterangan kepada Reporter Indopride News bahwa dirinya sayup-sayup mendengar tembakan dari dalam gedung Balai Kota ketika para demonstran memaksa masuk gedung balaikota tersebut. Tidak berhenti sampai disitu, bentrok akhirnya terjadi antara pendemo dengan Kepolisian tepat di depan pintu dan taman Balai Kota. Setelah itu, para pendemo berteriak bahwa mereka ditembaki oleh polisi, sembari beberapa dari mereka berlari ke arah Reporter untuk memberi tahu media. Hal tersebut akhirnya memicu bertambahnya kerusuhan antara aparat Kepolisian dan warga pasca demonstrasi, dimana kedua pihak saling beradu hantam menggunakan senjata seperti golok, tongkat, dll. Selain terjadinya isu penembakan yang masih kontroversial, puncak dari ketegangan yang terjadi di malam itu adalah terbakarnya bukit di Balai Kota, hingga Kepolisian perlu memadamkan api menggunakan water cannon.

 

Terbakarnya bukit di sekitar Balai Kota, Indopride. (21/10/23). [Indopride News/Jennie]

Menurut keterangan dari salah satu anggota Kepolisian, Muhammad Brimstone, penembakan pertama itu sebenarnya terjadi di area Pertanian, yang mana oknum telah membubarkan pekerja di pertanian dan peternakan. Mereka melakukan penembakan secara membabi buta ke udara dan ke satu orang warga. Hal yang serupa terjadi juga di Puskesmas terhadap seorang warga, dan juga terdapat dua anggota Kepolisian yang tertikam. Lalu di sisi lain, ada satu anggota Kepolisian bernama Lily Purnama, di depan wastafel Balai Kota tertembak - yang terindikasi oleh Kepolisian yaitu menggunakan laras panjang. Brimstone menyebutkan karena anggota disana mendengar adanya dentuman penembakan sniper yang suaranya berasal dari arah bukit ke arah layar tancap di Balai Kota.

“Kita buat (runtut) sesuai dengan timeline aja, penusukan (terhadap polisi di pintu Balai Kota), Kepolisian membubarkan dengan water cannon, ada pihak yang tidak terima kepolisian membubarkan pendemo lalu melakukan penembakan kepada petugas Kepolisian menggunakan sniper dari jarak jauh, kita lakukan 10-71 atau penembakan, seperti itu.” Ujar Brimstone meruntutkan kronologi dari sudut pandang Kepolisian. Karena terjadi penembakan tersebut, Kepolisian berinisiatif mengamankan warga dengan melakukan tembakan peringatan yang ditujukkan ke langit.

“Penembakan (terhadap warga) itu terjadi, yaitu orang-orang yang tidak mengindahkan himbauan kepolisian berkali-kali dan melakukan ancaman kepada Kepolisian. Tidak kooperatif, dan terus menembus perimeter padahal terjadi 10-71 (penembakan). Disana juga ada EVO putih yang batu menembus perimeter, sebagai anggota Kepolisian saya menganggap dan saya pasti akan menganggap itu adalah ancaman bagi anggota saya, karena anggota saya yang down karena sniper, dan anggota saya tertembak di area kaki kena peluru .50 BMG,” jelas Brimstone, yang menjabarkan alasan mengapa Kepolisian melakukan penembakan yang setelah itu diarahkan kepada oknum yang dicurigai. “Apakah ada warga yang terlumpuhkan secara sengaja oleh anggota Kepolisian menggunakan anggota peluru, ya silahkan saja lakukan visum.”

“Demo itu halal halal aja sebenarnya asal ditujukannya dengan bentuk musyawarah, penyelesaian dengan baik, tidak untuk berakibat atau berujung dengan kerusuhan.” Lanjutnya, karena kericuhan pada malam tersebut menjatuhkan sejumlah korban baik dari Kepolisian maupun warga.

 

Para korban dari Warga dan Kepolisian yang luka-luka serta pingsan, pasca aksi demo. (21/10/23). [Indopride News/Jennie]

Menurut Brimstone, kasus ini belum selesai. Sebab, untuk hasil kesimpulan dan seluruhnya, dia membutuhkan konfirmasi dari seluruh anggota yang ada di TKP terlebih dahulu, untuk kemudian dijadikan laporan. Apalagi, baginya segala peristiwa yang terjadi itu adalah dua kasus yang berbeda. Yaitu antara kerusuhan pasca demo di Balai Kota dan oknum yang tidak menyukai Kepolisian. “Penanganan saya untuk demo (selanjutnya) akan seperti tadi, saya akan laksanakan mediasi. Tidak tahu kenapa, tapi saya butuh pembicara dari yang pendemo untuk membicarakan apa yang dimau dan apa yang ingin di sahkan, namun jika masih ada provokator, mufakat itu tidak akan terjadi. Serta akan dilakukan penjagaan yang lebih ketat nantinya.” Tutup Brimstone.

(Red/Bee Kribo, Jennie Van Dynes)

Photographer: Jennie

Editor: Nevix S. Tjendana


Komentar (5)


warga yang tersakiti
26 Oct 2023

sekarang polisi kurang mengayomi,, masa saya jadi sandra udah barang di ambil penjahat, ditelantarin lagi sama pak polisi ..minimal kasih makan minum pak pol ....


Semua salah polisi
26 Oct 2023

Polisi sama hal nya dengan penjahat di balik seragam yang dipakainya. Pak Naufal saja sudah memberikan keterangan bahwa polisi yang dluan menembakin warga.


Hanya Warga Biasa
26 Oct 2023

Semua masyarakat bisa menilai situasi sudah semakin tidak kondusif.. Meningkatnya kerusuhan politik dan kekerasan menggerogoti kota Indopride.. Untuk itu sebagai sosok pemimpin yang bijaksana tolong bisa memahami situasi saat ini... Pengunduran diri adalah langkah yang terbaik demi majunya kota Indopride, jangan sampai tumpah darah hanya karena haus status dan jabatan. #gantiwalikota2023 #gantiwalikotaindopride


WARGA YANG TERTEMBAK
25 Oct 2023

SAYA DITEMBAKI!!! KEJAM


ONANYMOUS
25 Oct 2023

siapapun walikota nya,, kalau kita gak kerja juga miskin bambang !!!


IKLAN